Senin, 02 Januari 2012

Politik Aktif Tanpa Kekerasan

Oleh: Respi Leba 
Wartawan Bangka Pos Group


"Para kandidat dan parpol pengusung harus mampu menyodorkan ide-ide yang realistis, tepat sasaran dan kontekstual sesuai dengan harapan masyarakat. Spekulasi yang terkadang membuat masyarakat terbuai, namun sulit untuk dijalankan,mesti dihindari"
SUASANA dan kiprah politik menjelang pemilihan Gubernur 2012 mulai menampakan aktivitasnya. Berbagai upaya promosi dan silahturami semakin gencar dilaksanakan.

Lobi-lobi politik aktif dijalankan. Keaktifan politik menjelang Pilgub bisa mengarah pada nuansa kekerasan seperti trik-trik saling menjatuhkan, mencari serta mengusut-usut kesalahan, saling jegal dan rebutan simpati. Hal ini bila tidak diantisipasi sejak dini, maka bisa mengarahkan pada perilaku kekerasan politik.

Kekerasan politik meski dalam bentuknya yang paling sederhana jika punya relasi erat dengan orientasi kelompok elit politik untuk memenuhi kepentingan. Upaya pemenuhan ambisi dapat saja menghalalkan segala cara berlabelkan “demi masyarakat”. Kekerasan politik menjelang Pilgub bisa dilatarbelakangi oleh kiprah pelaku politik yang melihat kekuasaan sebagai segala-galanya. Karena kekuasaan yang diselimuti orientasi “mengabdi untuk masyarakat Babel” sering membenarkan segala cara meski haram.

Maka menjelang Pilgub 2012 dituntut politisi yang berwatak, berkepribadian, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Politisi yang berkiprah tanpa didominasi insting kekuasaan dan kekerasan atau Aktif Tanpa Kekerasan. Aktif Tanpa Kekerasan adalah suatu daya kesadaran personal politisi, sikap hidup sekaligus sistem perubahan atas dasar kebenaran dan keadilan. Kesadaran ini berorientasi untuk menciptakan perdamaaian, keadilan dan keutuhan.

Dan pada prinsip dasarnya menghormati kehidupan sebagai prinsip mutlak. Inilah salah satu solusi alternatif berkiprah secara baru, Aktif Tanpa Kekerasan. Politik bersifat aktif artinya agresif terhadap ketidakadilan, kesewenangan, penindasan serta kreatif menggali dan menemukan solusi pembebasan. Karena orientasi politik adalah kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Aktivitas politik yang murni adalah usaha menciptakan rasa aman, damai dan bahagia. Keaktifan seorang politisi harus dilandasi bisikan nurani akan tingginya martabat manusia. Kesadaran ini harus dibangun  sebagai suatu sikap hidup, suatu persiapan mental untuk berkiprah tanpa kekerasan.

Orientasi perjuangan politisi mesti berpijak di atas solidaritas dan keprihatinan akan nasib kaum tertindas, masyarakat umum. Berpolitik berarti hidup bersama dengan dan melibatkan diri dalam harapan, dukacita, kegembiraan  dan kepedihan kaum yang terpuruk kemanusiaannya. Politisi yang mengambil  sikap solider dengan dan bersama orang tertindas,kaum miskin dan marginal tidak hanya selama masa menjelang Pilgub akan membantu membuat mereka sadar akan diri mereka sebagai manusia.

Dari mulut politisi tersalur  jeritan kaum tak bersuara. Kalau demikian yang terjadi, maka kekuasaan sebagai amanah yang diberikan akan menjadi kesempatan untuk melayani sesama bukan sebaliknya menindas sesama dalam nuansa kekerasan. Sampai di sini menjadi jelas, berpolitik mengemban sebuah misi kemanusiaan, memanusiakan manusia bukannya merendahkan martabat manusia termasuk lawan politik oleh dorongan naluri kekuasaan belaka.

Aktivitas politik adalah aktivitas kemanusiaan, Aktif Tanpa Kekerasan. Aktif tanpa kekerasan merupakan suatu etika berpolitik dan menjadikan seorang politisi sebagai politikus sejati. Masih tersisa waktu sebelum Pilgub Februari 2012 mendatang. Belum terlambat untuk mempersiapkan diri, memberikan pendidikan politik yang benar dengan berkiprah Aktif Tanpa Kekerasan baik di tingkat kandidat, partai maupun masa pendukung. Kita semua tentunya mengharapkan agar pilgub tidak sekedar rutinitas belaka.

Para kandidat dan parpol pengusung harus mampu menyodorkan ide-ide yang realistis, tepat sasaran dan kontekstual sesuai dengan harapan masyarakat. Spekulasi yang terkadang membuat masyarakat terbuai, namun sulit untuk dijalankan,mesti dihindari. Jika tidak maka,seusai Pilgub, kandidat dan parpol hanya akan kebagian gelar, “Pemimpin Tong Kosong Nyaring Bunyinya”. Karena itu, diharapkan,sejak dini, segala aktivitas tahapan pemilukada perlu dilakukan dengan Aktif Tanpa Kekerasan.(*)

Editor : dedypurwadi
Sumber : bangkapos.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar